Rabu, 10 September 2025

Semangat Pelajar Al-Zaytun di Lapangan Hijau

 Menyongsong Indonesia Emas 2045

Oleh: Akbar Kurnia | Senin, 1 September 2025


Indramayu, 1 September 2025 – Tahun 2045 menjadi penanda satu abad Indonesia merdeka. Momen bersejarah itu diproyeksikan sebagai tonggak lahirnya Indonesia Emas 2045, sebuah cita-cita besar yang menggambarkan bangsa yang maju, sejahtera, berdaya saing global, sekaligus berdaulat dalam peradaban dunia. Visi tersebut tidak hanya sebatas impian, melainkan target nyata yang ditetapkan dalam dokumen resmi negara. Empat pilar utama menjadi fondasinya: pembangunan manusia yang unggul dan penguasaan ilmu pengetahuan serta teknologi, pembangunan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan di seluruh daerah, serta ketahanan nasional dengan tata kelola pemerintahan yang tangguh. 

Setiap sore, para pelajar berkumpul di lapangan sebelum memulai latihan. Dengan penuh semangat, mereka membacakan Janji Atlet, Tujuh janji ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan pedoman hidup yang menuntun mereka menjadi pribadi tangguh, disiplin, dan berkarakter. Berikut Tujuh Janji Atlet yang selalu dibacakan sebelum memulai latihan:

1. Seorang Atlet Harus Berdisiplin

2. Seorang Atlet Harus Berani

3. Seorang Atlet Harus Jujur dan Hemat

4. Seorang Atlet Harus Cerdas dan Sportif

5. Seorang Atlet Harus Toleran, Menjunjung Tinggi Persaudaraan Demi Perdamaian

6. Seorang Atlet Harus Membela Kemanusiaan

7. Seorang Atlet Pantang Menyerah

Pertama, kedisiplinan hadir dalam sikap tepat waktu dan konsistensi mereka mengikuti latihan, sejalan dengan janji “Seorang atlet harus berdisiplin”. Disiplin ini bukan hanya untuk olahraga, melainkan juga sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, semangat latihan yang menyala mencerminkan keberanian untuk menghadapi tantangan, sesuai janji “Seorang atlet harus berani”. Keberanian itu tumbuh ketika mereka berani mencoba, gagal, lalu bangkit kembali.

Ketiga, dalam interaksi sehari-hari, mereka belajar kejujuran, tidak curang dalam pertandingan, serta hidup sederhana, mencerminkan janji “Seorang atlet harus jujur dan hemat”. Nilai ini menjadi fondasi moral penting bagi generasi muda.

Keempat, latihan yang terarah melatih kecerdasan strategi dan kemampuan berpikir cepat, sekaligus menjaga sportivitas. Hal ini sesuai dengan janji “Seorang atlet harus cerdas dan sportif”. 

Kelima, kebersamaan di lapangan juga menumbuhkan sikap toleransi dan persaudaraan tanpa memandang perbedaan, sesuai janji “Seorang atlet harus toleran, menjunjung tinggi persaudaraan demi perdamaian”. Dari sini mereka belajar menghargai satu sama lain.

Keenam, melalui kegiatan positif ini, para pelajar diajarkan untuk memiliki kepedulian sosial, membela kebaikan, dan berpihak pada nilai kemanusiaan, sebagaimana tertuang dalam janji “Seorang atlet harus membela kemanusiaan”.

Ketujuh, semangat pantang menyerah tampak nyata dalam setiap keringat yang dicurahkan di lapangan. Mereka tidak mudah putus asa saat menghadapi kesulitan, sesuai janji “Seorang atlet pantang menyerah”.

Dengan menghayati janji-janji tersebut, para pelajar tidak hanya membentuk tubuh yang sehat dan kuat, tetapi juga jiwa yang tangguh. Inilah bagian dari proses pendidikan yang sejalan dengan cita-cita membentuk generasi Indonesia Emas 2045 generasi yang disiplin, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan global.

Namun, inti dari seluruh pilar itu tetap sama: kualitas manusia. Indonesia saat ini berada dalam periode bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar dibandingkan penduduk usia non-produktif. Kondisi ini bisa menjadi berkah yang mengantarkan Indonesia menuju negara maju, jika generasi mudanya mampu menjadi sumber daya manusia yang produktif, cerdas, sehat, serta berkarakter kuat. Sebaliknya, tanpa pendidikan yang tepat, bonus demografi bisa berubah menjadi bencana sosial. Oleh karena itu, pembinaan generasi muda sejak dini, termasuk melalui jalur pendidikan dan olahraga, menjadi sangat penting.

Di tengah upaya mewujudkan cita-cita tersebut, Pesantren Ma’had Al-Zaytun di Indramayu hadir dengan kontribusi nyata. Pesantren ini menggabungkan sistem pendidikan modern dengan pembinaan karakter yang kokoh. Salah satu media penting yang digunakan adalah olahraga, khususnya sepakbola. Bagi para pelajar Al-Zaytun, lapangan hijau bukan sekadar tempat berlari mengejar bola dan mencetak gol, tetapi juga ruang pendidikan karakter yang sangat efektif.

Di lapangan, para pelajar juga belajar arti kerja sama. Sepakbola bukanlah permainan individu, melainkan permainan kolektif yang mengajarkan pentingnya sinergi. Tidak ada kemenangan tanpa komunikasi dan saling percaya antar-pemain. Inilah pelajaran penting yang kelak akan berguna ketika mereka terjun ke masyarakat, dunia kerja, bahkan panggung nasional: membangun bangsa tidak bisa dilakukan sendirian, tetapi harus dengan semangat kebersamaan.

Sportivitas pun selalu ditekankan. Menang tidak boleh membuat angkuh, sementara kalah tidak boleh melahirkan putus asa. Nilai ini membentuk mental generasi yang tahan banting, mampu menghargai proses, dan tidak mudah menyerah. Mentalitas seperti ini adalah modal utama bagi Indonesia untuk bisa bersaing dengan negara lain pada 2045, ketika dunia semakin kompetitif dan penuh dengan ketidakpastian.

Keseriusan pembinaan olahraga di Al-Zaytun tentu tidak lepas dari perhatian pimpinan pesantren, Syaykh Abdusalam Rasyidi Panji Gumilang. Beliau menegaskan bahwa olahraga bukan hanya sarana rekreasi, melainkan bagian integral dari pendidikan manusia seutuhnya. Menurutnya, pelajar yang sehat jasmani, kuat mental, dan berakhlak mulia adalah jawaban atas tantangan masa depan bangsa. Dengan filosofi tersebut, Al-Zaytun menyiapkan para pelajarnya bukan hanya untuk menjadi atlet, tetapi lebih dari itu: menjadi generasi emas yang siap mengambil peran penting dalam pembangunan Indonesia.


Semua upaya ini bermuara pada cita-cita besar Indonesia Emas 2045. Dari lapangan hijau,
pelajar Al-Zaytun menanamkan semangat disiplin, kerja keras, kebersamaan, dan sportivitas. Setiap tetes keringat dan setiap gol yang tercipta menjadi simbol perjalanan panjang menuju Indonesia yang maju dan bermartabat.

Indonesia memerlukan generasi muda yang tidak hanya cerdas di ruang kelas, tetapi juga tangguh menghadapi realitas kehidupan. Pendidikan karakter melalui olahraga merupakan salah satu cara strategis untuk membentuknya. Al-Zaytun telah menunjukkan bahwa dengan pembinaan yang konsisten, filosofi pendidikan yang benar, dan dukungan penuh dari seluruh elemen pesantren, lahir generasi muda yang siap berkontribusi nyata dalam mewujudkan cita- cita bangsa.

Dari Indramayu, semangat itu terus digelorakan. Lapangan hijau Al-Zaytun menjadi saksi
lahirnya generasi yang sehat, tangguh, dan berkarakter emas. Inilah generasi yang akan mengisi satu abad Indonesia merdeka dengan prestasi dan dedikasi, menyongsong cita-cita luhur Indonesia Emas 2045.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar